Jumat, 06 April 2012

Memahami Empat Jenis Putra

Memahami Empat Jenis Putra


MEMILIKI putra merupakan dambaan setiap keluarga, apa mereka kaya maupun miskin. Manawa Dharmasastra II.28 menyatakan, salah satu cara mencapai Tuhan adalah dengan melahirkan putra-putra. Pada zaman agraris memiliki anak atau putra tidak serepot dewasa ini. Hal ini disebabkan meningkatnya harapan setiap orang pada putra generasi penerusnya lebih berku. Di era kemajuan zaman ini, mengurus, membesarkan, perlindungan dan pendidikan anak tidak boleh dipandang enteng. Setiap keluarga memiliki harapan agar anaknya menjadi generasi penerus yang lebih baik atau lebih berkwalitas dibanding sebelumnya. Realita saat ini, mengurus anak dalam suatu keluarga tidaklah mudah. Padahal idealnya, setiap keluarga mendambakan anak yang penurut dengan orang tua, sehat, dan berbagai hal baik lain. Tetapi kenyataannya, ada juga anak yang amat sulit diatur meskipun dengan nasehat dari yang halus/lembut sampai dengan cara yang lebih keras. Mengapa ada tipelogi anak seperti itu?.

Dalam pustaka Anandadayi (2001, 263) dinyatakan adanya empat jenis putra yaitu: Nyasa Putra, Rna Bhakta Putra, Rna Data Putra dan Upeksa Putra.

Nyasa Putra yaitu anak yang hanya simbolis lahir dari ayah dan ibunya. Setelah beberapa waktu anak itu menjadi asuhan orang lain. Ayah dan ibu yang melahirkan tidak sempat merasakan manis pahitnya punya anak tersebut. Pada zaman kerajaan di Bali (pernah kami baca) suatu kerajaan di Bali menjual penduduknya. Ada anak yang baru berusia tiga tahun dan lima tahun. Dua anak ini beserta dengan ibunya di jual oleh Raja pada orang Perancis yang kapal skocinya sedang mendarat di pantai utara Bali. Ternyata yang mau dibeli oleh pembawa kapal skoci itu hanyalah dua anak itu, sedangkan ibunya ditolak. Saya sangat miris membaca berita itu. Memang pada zaman kerajaan, kas kerajaan salah satunya bersumber dari menjual penduduknya sebagai budak. Anak yang dijual tergolong Nyasa Putra. Banyak sebab anak menjadi Nyasa Putra. Bukan hanya karena dijual. Ada juga yang lahir melalui hubungan gelap. Karena malu, begitu lahir anak itu diberikan pada orang lain. Ada anak yang memang sengaja diikhlaskan pada saudara untuk membesarkannya demi kelangsungan prati sentana saudaranya itu. Disamping berbagai sebab lain yang notebena membuat seorang anak tidak bisa berkumpul dengan ayah dan ibu yang melahirkan. Anak dan orang tua yang demikian itu karena pada penjelmaan sebelumnya tidak punya hubungan yang begitu inten satu sama lain. Intensitas hubungan mereka pada penjelmaan yang lampau tidak begitu serius tapi hatinya cukup dekat.

Rna Bhakta Putra yaitu putra yang menjadi anak kita. Penjelmaan dari orang yang pernah kita khianati pada penjelmaan yang lampau. Pada penjelmaan yang lampau orang tersebut demikian sungguh-sungguh dengan ikhlas mengabdi dan menolong kita bahkan banyak berkorban. Namun kita khianati pengabdian dan pengorbanannya itu. Mereka itulah yang menjadi anak kita dan disebut Rna Bhakta Putra. Anak ini banyak membuat orang tuanya susah. Mereka akan membuat berbagai macam masalah seperti susah diarahkan, boros, permintaannya aneh-aneh. Kadang sakit-sakitan, pendiriannya tidak tetap, sebentar begini sebentar begitu. Pokoknya anak yang tergolong Rna Bhakta Putra itu adalah banyak bikin susah orang tua. Orang tua yang tidak menyadari bahwa anak itu adalah orang yang pernah dikhianati pada penjelmaan masa lampau, cenderung akan memusuhi anak itu atau menganggap kena santet orang lain. Menghadapi anak yang tergolong Rna Bhakta Putra itu harus diyakini sebagai proses penebusan dosa pada penjelmaan masa lampau. Harus menggunakan kesabaran dan membangunkan daya spiritualitas dengan kecerdasan intelektual yang luas dan kehalusan emosional yang sejuk. Kiat-kiat yang cerdas dan kehalusan rasa diyakini sebagai penebusan dosa atas karma penjelmaan masa lalu.

Anak Rna Bhakta Putra itu harus dihadapi dengan kekuatan spiritual yang dengan cerdas memperlakukan anak itu penuh kasih. Tetapi hal ini jangan diartikan memanjakan. Menghukum dalam proses pendidikan tentunya boleh saja, asalkan sepenuhnya hukuman itu untuk educational (mendidik), tidak ada kebencian dan kemarahan sama sekali. Jangan putus asa menghadapi anak Rna Bhakta Putra itu dengan daya spiritual, kecerdasan intelektual dan kehalusan emosi. Yakinilah hal itu kita lakukan sebagai pembersihan dosa penjelmaan masa lalu, maka masalah anak yang tergolong Rna Bhakta Putra itu dapat teratasi tanpa menimbulkan retaknya hubungan dengan anak sendiri.

Rna Data Putra adalah anak yang baik penuh bhakti pada Tuhan dan mengabdi pada orang tua serta lingkungannya. Anak ini adalah penjelmaan orang yang pernah kita tolong habis-habisan dan kita pun sampai berkorban karena menolong mereka. Ini artinya keluarga yang memiliki Rna Data Putra bukan semata-mata karena usahanya saat penjelmaan ini, tetapi merupakan perpaduan dari semua upaya dari penjelmaan yang lalu sampai saat ini. Pemahaman ini perlu direnungkan bahwa untuk mendapatkan putra yang baik kelak dari saat inilah kita menolong dan mengabdi kepada siapa saja yang membutuhkan pengabdian dan pertolongan kita sesuai dengan kesempatan dan kemampuan yang kita miliki. Konsep Rna Data Putra ini haruslah dipahami dengan cerdas bahwa suatu kehidupan yang mulia seperti punya anak yang Suputra bukanlah suatu karunia Tuhan yang mendadak begitu saja. Kehidupan mulia terhormat adalah kehidupan yang terus menerus berjuang menyempurnakan prilaku dan kebiasaan hidup yang diajarkan dalam pustaka suci Weda.

Upeksa Putra artinya putra pilihan. Atman yang menjelma menjadi Upeksa Putra ini adalah yang sudah terbebas dari selubung Panca Maya Kosa yang telah sempurna. Penjelmaannya ke bumi bukan untuk memperbaiki prilaku, tetapi menjadi contoh manusia lainnya dalam memperbaiki diri. Atman yang demikian menjelma sebagai anak suatu keluarga bukan untuk keluarga itu tetapi untuk menuntun masyarakat luas bahkan dunia. Anak yang demikian itulah disebut Upeksa Putra. Putra yang tergolong Upeksa Putra misalnya orang-orang besar seperti para Maha Resi, Avatara dan para pemimpin dunia yang mampu menjadi suri tauladan dunia.
(BALI POST, 16 DESEMBER 2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar