Rabu, 28 Mei 2014

BABAD BRAHMANA MAS

BABAD
BRAHMANA MAS

I.Bali di Bawah Majapahit
Pada tahun 1343 Masehi atau tahun 1265 Saka Bali Aga berhasil ditaklukkan oleh Majapahit. Bali Aga dinyatakan takluk setelah Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten wafat. Namun suasana di Bali ketika itu tidak sepenuhnya aman. Pada tahun 1345 Masehi timbul suatu pemberontakan yang dikenal dengan pemberontakan Dalem Tokawa. Dua tahun berselang, pada tahun 1347 Masehi timbul pemberontakan Dalem Mekambika. Pemberontakan di atas bisa di atasi oleh Gajah Mada dan Arya Damar.
Tahun 1350 Sri Hayam Wuruk naik takhta Majapahit. Patih Gajah Mada dengan restu Sri Hayam Wuruk menempatkan seorang Adipati di Bali.
Adipati tersebut adalah Sri Kresna Kapakisan yang merupakan keturunan Brahmana Dang Hyang Kapakisan. Sri Kresna Kapakisan dilantik menjadi Adipati Bali bertepatan pada Purnama Kapat tahun 1352 Masehi atau tahun1274 Saka dan berkeraton di Samprangan. Sri Kresna Kapakisan didampingi oleh para Arya. Arya Kenceng tinggal di Pucangan, Tabanan, Arya Sentong di Pacung, Arya Beleteng dan Arya Bang Pinatih di Pinatih, Arya Lasem atau Sukahet di Sukahet, Arya Kutawaringin di Gelgel, Arya Kanuruhan di Tangkas, Arya Benculuk di Tonja, Arya Kapakisan menjadi Patih Agung mendampingi Sri Kresna Kapakisan, dan Arya Gajah Para di Tianyar.
Pemerintahan Sri Kresna Kapakisan di Samprangan berlangsung sampai tahun 1380 Masehi/1302 Saka. Pasca wafatnya Sri Kresna Kapakisan kendali pemerintahan dipegang oleh putra sulungnya yang bernama I Dewa Agra Samprangan, setelah dinobatkan beliau bergelar Dalem Samprangan (Dalem Ile). Pada masa kepemimpinan Dalem Samprangan, beliau agak sukar untuk diajak membicarakan masalah pemerintahan. Akhirnya para pembesar istana kecewa, mereka memutuskan untuk mengangkat I Dewa Ketut menjadi raja. Atas upaya dari Arya Kubon Tubuh, I Dewa Ketut berhasil dibujuk menjadi raja dan akan dibuatkan istana di tempat lain.

I Dewa Ketut dinobatkan menjadi raja bergelar Dalem Smara Kapakisan (Dalem Ketut Ngulesir) pada tahun 1383 Masehi/1305 Saka berkeraton di Swecapura Gelgel. Masa pemerintahan Dalem Smara Kapakisan di Gelgel berlangsung hingga tahun 1460 Masehi/1382 Saka. Sebelum wafat beliau sudah menobatkan putranya yang bernama I Dewa Enggong pada tahun 1458 Masehi/1380 Saka.

Kerajaan Majapahit di Jawa mengalami masa kemunduran pada tahun 1478 Masehi/1400 Saka. Pudarnya pengaruh Majapahit di Nusantara tidak terlalu berpengaruh dengan Bali. Pasca Dalem Smara Kapakisan wafat, tampuk pemerintahan di Gelgel dipegang oleh Dalem Waturenggong. Pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong inilah datang seorang Brahmana dari Jawa Timur yang bernama Dang Hyang Nirartha. Dang Hyang Nirartha tiba di Bali diperkirakan sekitar tahun 1489 Masehi. Perjalanan Dang Hyang Nirartha setibanya di Bali sangat berat dan rumit. Dang Hyang Nirartha pertama kali menginjakkan kaki beliau di tanah Bali di pesisir Purancak. Peristiwa yang dialami oleh Dang Hyang Nirartha selama perjalanan tidak diuraikan secara panjang lebar dalam tulisan ini. Rute perjalanan beliau setelah dari Purancak adalah wilayah Pulaki. Di Pulaki, Dang Hyang Nirartha mralina putri sulungnya yang beribu dari Daha. Putri yang lahir dari Daha ini kemudian dikenal dengan nama Hyang ning Salaga/Hyang ning Melanting.

Dang Hyang Nirartha meninggalkan Pulaki beliau bergerak menuju sebuah desa yang bernama Gading Wani/Wani Tegeh. Entah berapa lama beliau beristirahat di Gading Wani/Wani Tegeh, lalu datanglah utusan Pangeran Mas di Mas untuk nuur Dang Hyang Nirartha. Dang Hyang Nirartha bersedia untuk datang ke Mas. Dalam perjalanan ke desa Mas beliau melewati Mundeh (Kaba-Kaba0mengwi, Kapal, Tuban. Berita datangnya Dang Hyang Nirartha di Tuban didengar oleh penguasa Tegal Badung saat itu, yaitu Kyai Tegeh Kori III. Kyai Tegeh Kori III mendak Dang Hyang Nirartha di Tuban, beliau dipersilakan untuk beristirahat di kediaman Kyai Tegeh Kori III di Tegal Badung. Setibanya di Buagan rombongan itu terpaksa berhenti karena terjadi banjir. Setelah beberapa waktu beristirahat di Tegal Badung, Dang Hyang Nirartha dipendak oleh Pangeran Mas untuk selanjutnya pergi menuju desa Mas.

Dang Hyang Nirartha dibuatkan kediaman di Mas oleh Pangeran Mas. Pangeran Mas kemudian berguru kepada Dang Hyang Nirartha. Beberapa waktu tinggal di Mas, berita tentang keberadaan Dang Hyang Nirartha sampai ke telinga Dalem Waturenggong di Gelgel. Dalem Waturenggong lalu mengutus I Gusti Dauh Bale Agung/Dauh Penulisan ke Mas. Dalem Waturenggong bermaksud menguji kemampuan Dang Hyang Nirartha. Usaha tersebut sia-sia karena I Gusti Dauh Bale Agung/Dauh Penulisan akhirnya berguru kepada Dang Hyang Nirartha. I Gusti Dauh Bale Agung/Dauh Penulisan lupa dengan perintah Dalem. Dang Hyang Nirartha kemudian segera menuju Gelgel. Setibanya di Gelgel, Dalem Waturenggong sudah tidak ada di istana, beliau sedang berburu di Padang. Dang Hyang Nirartha bersama I Gusti Dauh Bale Agung segera menuju ke Padang. Setibanya di Padang beliau diberikan pesanggrahan di areal parahyangan Mpu Kuturan. Keesokan harinya Dang Hyang Nirartha, Dalem Waturenggong, serta I Gusti Dauh Bale Agung kembali ke Gelgel. Perjalanan mereka terhambat karena Sungai Unda meluap, berkat kemampuan Dang Hyang Nirartha kereta Dalem bisa menyeberangi banjir tersebut.

Zaman pemerintahan Dalem Waturenggong dengan bhagawanta Dang Hyang Nirartha (Dang Hyang Dwijendra) kerajaan Gelgel mencapai puncak kejayaan. Sri Juru raja Blambangan yang durhaka terhadap Dang Hyang Nirartha berhasil dikalahkan oleh Dalem Waturenggong pada tahun 1520 Masehi/1442 Saka. Pasca menaklukkan Blambangan, Puger, Pasuruhan, Nusa Penida, Lombok, dan Sumbawa menjadi jajahan Gelgel. Masa pemerintahan Dalem Waturenggong sampai dengan tahun 1550 Masehi/1472 Saka.

II. Putra Dang Hyang Nirartha yang Beribu Putri Bandesa Mas

Dikisahkan setelah Pangeran Mas disucikan oleh Dang Hyang Nirartha, Pangeran Mas mempersembahkan putrinya kepada Dang Hyang Nirartha sebagai pangguruyaga. Putri Pangeran Mas yang dipersembahkan sebagai pangguruyaga bernama Sang Ayu Mas Genitir alias Diah Hema. Dang Hyang Nirartha pun mempersunting putri Pangeran Mas. Entah beberapa lama usia pernikahan beliau, sang diah pun melahirkan seorang putra yang diberikan nama Ida Putu Kidul. Ida Putu Kidul juga disebut Ida Mas. Setelah cukup umur Ida Putu Kidul (Ida Mas) didwijati dengan gelar Ida Pedanda Mas (Mpu Kidul). Di kemudian hari keturunan dari Ida Pedanda Mas (Mpu Kidul) disebut dengan Brahmana Mas.

Dalam Dwijendra Tattwa disebutkan bahwa Ida Pedanda Mas (Mpu Kidul) mendapatkan warisan berupa pustaka, pakaian kependetaan, genta (I Bhramara dan I Samprangan), pangrupak (I Tamblang), dan sebilah keris (I Sepak). Ida Pedanda Mas (Mpu Kidul) juga mempunyai abdi yang bernama Pan Geleng dan Ki Sedahan Mas.

Menjelang Dang Hyang Nirartha (Dang Hyang Dwijendra) kembali ke Sunyata, beliau bertemu dengan seorang bandega yang bernama Pasek Nambangan. Dang Hyang Nirartha menitipkan pesan kepada Pasek Nambangan supaya disampaikan kepada Mpu Kidul. Isi pesan tersebut adalah supaya Ida Pedanda Mas (Mpu Kidul) mengambil Pustaka Mareka yang ditinggalkan oleh Dang Hyang Nirartha (Dang Hyang Dwijendra) di Pura Luhur Uluwatu.

Ida Pedanda Mas (Mpu Kidul) pun segera menuju Pura Uluwatu, beliau diiringi oleh Pan Geleng dan Pasek Nambangan. Setibanya di Uluwatu, Mpu Kidul melihat sebuah Meru Tumpang Tiga. Ida Pedanda Mas bergegas ke depan meru tersebut, beliau lalu menyembah sembilan kali. Setelah menyembah Ida Pedanda Mas segera naik ke meru. Di dalam meru beliau menemukan Pustaka Mareka, Pustaka Weda Paganggan, serta pesan supaya rukun dalam bersaudara, dan melaksanakan yang termuat dalam Siwa Sasana.
Pasca wafatnya Dalem Waturenggong dan moksa nya Dang Hyang Nirartha di Gelgel mulai timbul bibit-bibit huru-hara. Puncaknya pada tahun 1556
(Bersambung)

17 komentar:

  1. Pura parahyangan Ida Pangeran Sakti Mas ada di Hyang Tibha Sakah Gianyar, Beserta Stana Ida Danghyang Dwijendra.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kami juga punya pura besar,yaitu Puri agung turus gunung, dan yang bersetana di sana Ida mas Tunggul, dan berkaitan juga dengan garis Siwa mas Magelang( batu belah) yang bergelar Ida Pedanda mas Tunggul,kami nyiwa raga,kami bertahun2 mencari titel Purana kami, sampai saat ini belum ketemu,kami keluarga besar nge mangku di dua pura itu, mohon saran dari Suryan tiang sami

      Hapus
    2. Maksudnya garia Siwa mas Magelah( batu belah)

      Hapus
    3. raris kontak ring wa 081291454000, kita bisa berdiskusi panjang lebar.

      Hapus
  2. Pura parahyangan Ida Pangeran Sakti Mas ada di Hyang Tibha Sakah Gianyar, Beserta Stana Ida Danghyang Dwijendra.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam lontar Babad, Sejarah apa kata orang?

      Hapus
    2. Lebih tepatnya Pura Hyang Tibha Adalah Kamimitan Brahmana Mas, karena Ibunya berasal dari Pangeran Mas yg menjadi Raja Di Pura Hyang Tibha Sakah, merupaka kawitan dari Bendesa Manik Mas, Bendesa Sakah, Bendesa Gading Wani, niki wenten Lontar Purananya, Suksma

      Hapus
    3. Ida lelangit Brahmana mas melakukan moksa di desa pakuwudan sukawati, ring pura Pengesengan, manut ring purana

      Hapus
    4. yaning dados, ttyng minta atau beli atau pinjam untuk dikopy purana duwene...... kontak ttyng ring wa 081291454000

      Hapus
  3. Becik pisan niki jik, nanging yen dados lengkapin.
    Tiang tertarik pisan,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sampun wenten bukunya gus, ambil ring perpustakaan Yayasan manten

      Hapus
    2. Ampura tiang wau ngwacen niki,ring yayasan napi wenten buku niki nggih,ring dije genah yayasan puniki...suksma

      Hapus
  4. napike wenten kaitan bendesa manik mas dengan pura hyang tiba nggih??suksma

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ampura wawu sida membalas, sepanjang pengetahuan ttyng dari membaca sekian banyak naskah, belum ttyng temukan kaitannya, suksma.

      Hapus
  5. kaitanya bendesa manik mas anak pertama dari ida bethara pangeran mas. tangkil ke pura Swala Hyang Tibha disana bapak / ibu akan mengerti dan merasakan dumogi rahayu

    BalasHapus
  6. Om Swastyasty Aji, tyang Gus Bayu saking Griya Mas Kayuputih, dsdos nunas nomor wa?

    BalasHapus