Selasa, 16 Juli 2013

Pokok-pokok Keimanan Agama Hindu (1) Percaya adanya Tuhan (Brahman/Hyang Widhi)




Pokok-pokok Keimanan Agama Hindu

(1) Percaya adanya Tuhan (Brahman/Hyang Widhi)
Sesungguhnya, setiap agama yang ada dan berkembang dimuka bumi ini, bertitik tolak kepada kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Banyak hal yang mendorong kita harus percaya terhadap adanya Tuhan itu dan berlaku secara alami. Adanya gejala atau kejadian dan keajaiban di dunia ini, menyebabkan kepercayaan itu semakin mantap. Semuanya itu pasti ada sebab- musababnya, dan muara yang terakhir adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhanlah yang mengatur semuanya ini, Tuhan pula sebagai penyebab pertama segala yang ada.
Kendati kita tidak boleh cepat-cepat percaya kepada sesuatu, namun percaya itu penting dalam kehidupan ini. Banyak sekali kegiatan yang kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari hanyalah berdasarkan kepercayaan saja. Setiap hari kita mneyaksikan matahari terbit dan tenggelam. Demikian pula adanya bulan dan bintang yang hadir di langit dengan teratur. Belum lagi oleh adanya berbagai mahluk hidup dan hal-hal lain yang dapat menjadikan kita semakin tertegun menyaksikannya. Adanya pergantian siang menjadi malam, adanya kelahiran, usia tua, dan kematian, semuanya ini mengantarkan kita harus percaya kepada Tuhan, bahwa Tuhanlah yang merupakan sumber dari segala yang terjadi di alam semesta ini.

Karena agama itu adalah kepercayaan, maka dengan agama pula kita akan merasa mempunyai suatu pegangan iman yang menambatkan kita pada satu pegangan yang kokoh. Pegangan itu tiada lain adalah Tuhan, yang merupakan sumber dari semua yang ada dan yang terjadi. Kepada-Nya-lah kita memasrahkan diri, karena tidak ada tempat lain dari pada-Nya tempat kita kembali. Keimanan kepada Tuhan ini merupakan dasar kepercayaan agama Hindu. Inilah yang menjadi pokok-pokok keimanan agama Hindu.

Adapun pokok-pokok keimanan dalam agama Hindu dapat dibagi menjadi lima bagian yang disebut dengan Panca Sraddha, yaitu percaya adanya Tuhan (Brahman/Hyang Widhi), percaya adalanya Atman, percaya adanya Hukum Karma Phala, percaya adanya Punarbhawa (Reinkarnasi/Samsara) dan percaya adanya Moksa.

Percaya adanya Tuhan (Brahman/Hyang Widhi)

Percaya terhadap Tuhan, mempunyai pengertian yakin dan iman terhadap Tuhan itu sendiri. Yakin dan iman ini merupakan pengakuan atas dasar keyakinan bahwa sesungguhnya Tuhan itu ada, Maha Kuasa, Maha Esa dan Maha segala-galanya. Tuhan Yang Maha Kuasa, yang disebut juga Hyang Widhi (Brahman), adalah ia yang kuasa atas segala yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari Kuasa-Nya. Ia sebagai pencipta, sebagai pemelihara dan Pelebur alam semesta dengan segala isinya. Tuhan adalah sumber dan awal serta akhir dan pertengahan dari segala yang ada. Didalam Weda (Bhagavad Gita), Tuhan (Hyang Widhi) bersabda mengenai hal ini, sebagai berikut:

    Etadyonini bhutani     sarvani ty upadharaya
    aham kristnasya jagatah
    prabhavah pralayas tatha. (BG. VII.6)
Ketahuilah, bahwa semua insani mempunyai sumber-sumber kelahiran disini, Aku adalah asal mula alam semesta ini demikian pula kiamat-kelaknya nanti.

    Aham atma gudakesa
    sarva bhutasaya sthitah
    aham adis cha madhyam cha
    bhutanam anta eva cha. (BG.X.20)
Aku adalah jiwa yang berdiam dalam hati segala insani, wahai Gudakesa. Aku adalah permulaan, pertengahan dan penghabisan dari mahluk semua.

    yach cha pi sarvabhutanam
    bijam tad aham arjuna
    na tad asti vina syan
    maya bhutam characharam. (BG. X.39)
Dan selanjutnya apapun, oh Arjuna, aku adalah benih dari segala mahluk, tidak ada sesuatupun bisa ada, bergerak atau tidak bergerak, tanpa aku.

Tuhan (Hyang Widhi), yang bersifat Maha Ada, juga berada disetiap mahluk hidup, didalam maupun doluar dunia (imanen dan transenden). Tuhan (Hyang Widhi) meresap disegala tempat dan ada dimana-mana (Wyapi Wyapaka), serta tidak berubah dan kekal abadi (Nirwikara). Di dalam Upanisad (k.U. 1,2) disebutkan bahwa Hyang Widhi adalah "telinga dari semua telinga, pikiran dari segala pikiran, ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas dan mata dari segala mata", namun Hyang Widhi itu bersifat gaib (maha suksma) dan abstrak tetapi ada. Di dalam Bhuana Kosa disebutkan sebagai berikut:

    "Bhatara Ciwa sira wyapaka
    sira suksma tan keneng angen-angen
    sarvani ty upadharaya
    aham kristnasya jagatah
    prabhavah pralayas tatha. (BG. VII.6)
Ketahuilah, bahwa semua insani mempunyai sumber-sumber kelahiran disini, Aku adalah asal mula alam semesta ini demikian pula kiamat-kelaknya nanti.

    Aham atma gudakesa
    sarva bhutasaya sthitah
    aham adis cha madhyam cha
    bhutanam anta eva cha. (BG.X.20)
Aku adalah jiwa yang berdiam dalam hati segala insani, wahai Gudakesa. Aku adalah permulaan, pertengahan dan penghabisan dari mahluk semua.

    yach cha pi sarvabhutanam
    bijam tad aham arjuna
    na tad asti vina syan
    maya bhutam characharam. (BG. X.39)
Dan selanjutnya apapun, oh Arjuna, aku adalah benih dari segala mahluk, tidak ada sesuatupun bisa ada, bergerak atau tidak bergerak, tanpa aku.

Tuhan (Hyang Widhi), yang bersifat Maha Ada, juga berada disetiap mahluk hidup, didalam maupun doluar dunia (imanen dan transenden). Tuhan (Hyang Widhi) meresap disegala tempat dan ada dimana-mana (Wyapi Wyapaka), serta tidak berubah dan kekal abadi (Nirwikara). Di dalam Upanisad (k.U. 1,2) disebutkan bahwa Hyang Widhi adalah "telinga dari semua telinga, pikiran dari segala pikiran, ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas dan mata dari segala mata", namun Hyang Widhi itu bersifat gaib (maha suksma) dan abstrak tetapi ada. Di dalam Bhuana Kosa disebutkan sebagai berikut:

    "Bhatara Ciwa sira wyapaka
    sira suksma tan keneng angen-angen
kadiang ganing akasa tan kagrahita
    dening manah muang indriya".
Artinya:
Tuhan (Ciwa), Dia ada di mana-mana, Dia gaib, sukar dibayangkan, bagaikan angkasa (ether), dia tak dapat ditangkap oleh akal maupun panca indriya.

Walaupun amat gaib, tetapi Tuhan hadir dimana-mana. Beliau bersifat wyapi-wyapaka, meresapi segalanya. Tiada suatu tempatpun yang Beliau tiada tempati. Beliau ada disini dan berada disana Tuhan memenuhi jagat raya ini.

    "Sahasrasirsa purusah sahasraksah sahasrapat,
    sa bhumim visato vrtva tyatistad dasangulam". (Rg Veda X.90.1)
Tuhan berkepala seribu, bermata seribu, berkaki seribu, Ia memenuhi bumi-bumi pada semua arah, mengatasi kesepuluh penjuru.

Seribu dalam mantra Rg Veda di atas berarti tak terhingga. Tuhan berkepala tak terhingga, bermata tak terhingga, bertangan tak terhingga. Semua kepala adalah kepa_Nya, semua mata adalah mata-Nya, semua tangan adalah tangan-Nya. Walaupun Tuhan tak dapat dilihat dengan mata biasa, tetapi Tuhan dapat dirasakan kehadirannya dengan rasa hati, bagaikan garam dalam air. Ia tidak tampak, namun bila dicicipi terasa adanya disana. Demikian pula seperti adanya api di dalam kayu, kehadirannya seolah-olah tidak ada, tapi bila kayu ini digosok maka api akan muncul.

    Eko devas sarva-bhutesu gudhas
    sarva vyapi sarwa bhutantar-atma
    karmadyajsas sarvabhutadhivasas
    saksi ceta kevalo nirgunasca. (Svet. Up. VI.11)
Tuhan yang tunggal sembunyi pada semua mahluk, menyusupi segala, inti hidupnya semua mahluk, hakim semua perbuatan yang berada pada semua mahluk, saksi yang mengetahui, yang tunggal, bebas dari kualitas apapun.

Karena Tuhan berada di mana-mana, ia mengetahui segalanya. Tidak ada sesuatu apapun yang ia tidak ketahui. Tidak ada apapun yang dapat disembunyikan kepada-Nya. Tuhan adalah saksi agung akan segala yang ada dan terjadi. Karena demikian sifat Tuhan, maka orang tidak dapat lari kemanapun untuk menyembunyikan segala perbuatannya. Kemanapun berlari akan selalu berjumpa dengan Dia. Tidak ada tempat sepi yang luput dari kehadiran-Nya.

    Yas tisthati carati yasca vancanti
    Yo nilayam carati yah pratamkam
    dvatu samnisadya yanmantrayete
    raja tad veda varunas trtiyah (A.W. IV.16.2)
Siapapun berdiri, berjalan atau bergerak dengan sembunyi-sembunyi, siapaun yang membaringkan diri atau bangun, apapun yang dua orang duduk bersama bisikan satu dengan yang lain, semuanya itu diketahui oleh Tuhan (Sang Raja Alam Semesta), ia adalah uyang ketiga hadir di sana.

Kendatipun Tuhan itu selalu hadir dan meresap di segala tempat, tetapi sukar dapat dilihat oleh mata biasa. Indra kita hanya dapat menangkap apa yang dilihat, didengar, dikecap dan dirasakan. Kemampuannya terbatas, sedangkan Tuhan (Hyang Widhi) adalah Maha Sempurna dan tak terbatas.

Di dalam Weda disebutkan bahwa Tuhan (Hyang Widhi) tidak berbentuk (nirupam), tidak bertangan dan berkaki (nirkaram nirpadam), tidak berpancaindra (nirindryam), tetapi Tuhan (Hyang Widhi) dapat mengetahui segala yang ada pada mahluk. Lagi pula Hyang Widhi tidak pernah lahir dan tidak pernah tua, tidak pernah berkurang tidak juga bertambah, namun Beliau Maha Ada dan Maha Mengetahui segala yang ada di alam semesta ini. Tuhan berkuasa atas semua dan Tunggal atau Esa adanya.

    Yoccitdapo mahina paryapacyad
    daksam dadhana janayantiryajnam
    Yo deweswadhi dewa eka asit
    kasmai dewaya hawisa widhema. (R.W.X.121.8)
Siapakah yang akan kami puja dengan segala persembahan ini? Ia Yang Maha Suci yang kebesaran-Nya mengatasi semua yang ada, yang memberi kekuatan spiritual dan yang membangkitkan kebaktian, Tuhan yang berkuasa. Ia yang satu itu, Tuhan di atas semua.

    ya etam devam ekavrtam veda
    na dwitya na trtiyas cateutho napyucyate,
    na pancamo  na sasthah saptamo napyucyate,
    nasthamo na navamo dasamo napyucyate,
    sa sarvasmai vi pasyati vacca pranati yacca na,
    tam idam nigatam sahah sa esa eka ekavrd eka eva,
    sarve asmin deva ekavrto bhavanti. (A.V.XIII.4)
Kepada ia yang mengetahui ini Tuhan semata-mata hanya tunggal. Tidak ada yang kedua, ketiga, keempat Ia dipanggil. Tidak ada yang kelima, keenam, ketujuh, Ia dipanggil. Tidak ada yang kedelapan, kesembilan Ia dipanggil. Ia melihat segala apa yang bernafas dan apa yang tidak bernafas. Kepada-Nya-lah tenaga penakluk kembali. Ia hanya tunggal belaka. Padanya semua dewa hanya satu saja.

Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa, yang tak terjangkau oleh pikiran, yang gaib dipanggil dengan nama sesuai dengan jangkauan pikiran, namun ia hanya satu, Tunggal adanya.

    "Ekam eva advityam Brahma" (Ch.U.IV.2.1)
Tuhan hanya satu tidak ada yang kedua.

    "Eko Narayanad na dvityo "Sti kaccit" (Weda Sanggraha)
Hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya.

    "Bhineka Tungal Ika, tan hana Darma mangrwa" (Lontar Sutasoma)
Berbeda-beda tetapi satu tidak ada Dharma yang dua.
    "Idam mitram Varunam
    agnim ahur atho
    divyah sa suparno garutman
    Ekam sad vipra bahudha vadantyagnim
    yamam matarisvanam ahuh. (R.W.I. 1964.46)
Mereka menyebut Indra, Mitra, Varuna, Agni dan Dia yang Bercahaya, yaitu Garutman yang bersayap elok, Satu Itu (Tuhan), sang bijaksana menyebut dengan banyak nama, seperti Agni, Yama Matarisvam.

Karena Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran, maka orang membayangkan bermacam-macam sesuai dengan kemampuannya. Tuhan yang Tunggal (Esa) itu dipanggilnya dengan banyak nama sesuai dengan fungsinya. Ia dipanggil Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara dan Ciwa sebagai pelebur/pemralina. Banyak lagi panggilannya yang lain. Ia maha tahu, berada dimana-mana. Karena itu tak ada apapun yang dapat kita sembunyikan dihadapan-Nya. Orang-orang menyembah-Nya dengan bermacam-macam cara pada tempat yang berbeda-beda. Kepada-Nyalah orang menyerahkan diri, mohon perlindungan dan petunjuk-Nya agar ia menemukan jalan terang dalam mengarungi hidup ini.

Pokok-Pokok Keimanan dalam Agama Hindu:
1.  Percaya adanya Tuhan (Brahman/Hyang Widhi)
2.  Percaya adanya Atman
3.  Percaya adanya Hukum Karma Phala
4.  Percaya adanya Punarbhawa/Reinkarnasi/Samsara
5.  Percaya adanya Moksa

Tuntunan Dasar Agama Hindu (milik Depag)

Selasa, 09 Juli 2013

Prasasti Banjar Margajati



Prasasti Banjar Margajati
Om Awignamastu Nama Sidham. Om Aditya sya paramjyoti, rakta teja namo stute, sweta pangkaja madyaste, bhaskara ya namostute. Ong pranamya bhaskaram dewam sarwa klesa winasaya, pranamya aditya siwartham, bhukti mukti waram pradam. Ong hrang hring sah parama siwaditya ya namah.
Ong prajapati sira jnyeyah waktra candi pithamaha, mahaste redayesthata pitraguyastate panca mantresjito. Karugrenca swasti bhama karotisca sutra daksina padasca, bhamadewa prapotrakah. Ong hrang hring sah brahma prajapate byo namah swaha.
Ong anugraha manoharam, dewadatta nugrahakam, hyarcanam sarwa pujanam, namo sarwa nugrahakam, dewa dewi maha sidhi yadnye katam mulat midham laksmi sidisca dirgayur, nirwigna suka wredisca. Ong ayu wredhi yasa wredhi, wredhi pradnyan suka sriya dharma santana wredisca, santuste sapta wredayah. Yato meru stito dewah, yawat gangga mahetale candrarka gaganatawat, yawadwa wijaya bhawet. Ong dirgayu rastu tat astu-astu, Ong Sryam bhawantu, sukham bhawantu, purnam bhawantu, sapta wredyastu swaha.
Atur pangaksama titiyang ring linggih Bhatara Hyang Mami, singgih Bhatara sane sampun melinggih ring sunya taya. Utamane pisan ring linggih iratu sane meraga suci Sang Hyang Aji Saraswathi, pinaka wit sastra utama miwah pasupathi sahananing matra, aksara, mantra, puja miwah pangastawa. Taler sembah pangubakti titiyang ring ajeng Bhatara-bhatari sami sane sampun meraga suci tur sampun melinggih ring lepihan lontar utawi temaga, ngadeg masunar ring jagat kaater olih puja suci miwah tirtha utama sane sampun kauncaran oleh para rsi dawege dumun.
Titiyang nunas panugrahan ring iratu, pacang nyurat prasasti banjar Margajati, Desa Pemecutan Kaja, Desa Pakraman Denpasar. Dumogi titiyang nenten keni tulah pamidi miwah sahananing mala pataka, nenten keni upadrawa, kenak singgih bhatara ngicenin titiyang waranugraha sida titiyang muputan ayah-ayah manjadma manggihin paripurna rahayu ngantos ring kula gotra miwah santana nuhur panugrahan singgih bhatara sida manggihin jagaditha.
Puniki Prasasti Banjar Margajati, Desa Pemecutan Kaja, Desa Pakraman Denpasar. Kawentenan Desa Margajati mawiwit saking paiguman krama sane meneng ring wewidangan desa Pamecutan Kaja ngawentenan parembugan duk warsa masehi 1966. Ring bebawosan warga inucap raris wenten pikamkam jagi ngawangun banjar adat. Parembugan punika kelaksanayang ring genah Bapak Made Reta. Puput bebawosan punika raris kawangun genah mababawosan kawewehin antuk kentongan pinaka cihna tetenger yaning jagi kawentenan babawosan adat.
Kawentenan banjar adat Margajati puniki maduwe wates banjar adat sane jimbar, ring sisi kaler mawates sareng Banjar Sedana Merta, ring sisi kangin mawates sareng Banjar Lumintang, ring sisi kelod mawates sareng Banjar Balun miwah ring sisi kauh mawates sareng Banjar Mekar Manis, kantun ring wewidangan Desa Pakraman Denpasar.
Sangkaning sih Ida Sang Hyang Parama Kawi mejalaran dreda bakti para warga, wastu sida raris warga numbas tanah wit pedruweyan Puri Jero Kuta sane majimbar kirang langkung 5 are. Ngawit wenten padruweyan warga inucap, wewangunan sami sane mapaiketan ring pemargi suka duka sayan katincapan. Ring warsa 1970 paiketan banjar adat karesmiyang, kawastaning Banjar Margajati. Akweh warga warga dawege punika sareng 26 warga. Manggala adat taler kawangun, kasudi Ida Bagus Wijaya pinaka Kelihan Adat.
Ring warsa 1980 kawentenan malih parum sane matatujon ngeruruh pengentos Kelihan Adat sane sampun puput ayah-ayah ring Desa Adat. Warga Margajati raris nyudi I Made Mustika pinaka Kelihan Adat sane anyar, ngelanturan ayah-ayah Ida Bagus Wijaya. I Made Mustika taler kasudi dados Kelihan Dinas Banjar Margajati. Pawilangan warsa mamargi, ring yusa warsa masehi 2000 kasudi I Made Gelgel pinaka Kelihan Adat, Kelihan Dinas kantun kagambel olih I Made Mustika.
Ring Warsa 2003 raris kasudi I Made Gatra pinaka manggala adat banjar Margajati, manggala dinas taler kantun kagambel olih I Made Mustika. Warsa 2007, Anak Agung Bagus Wiranata kasudi dados Kelihan Adat, Kelihan dinas taler kantun kagambel olih I Made Mustika. Ring warsa 2010 ngantos prasasti puniki kakryanin I Made Gelgel kasudi ngaturan ayah-ayah pinaka kelihan adat kasarengin olih Ngurah Ketut Suarsadha ST pinaka kelihan dinas.
Puput pawilangan para manggala adat miwah dinas sane polih ngaturan ayah ring Banjar Margajati. Pinaka pinisepuh sane kasudi ngemargiyang saluiring aci miwah upakara ring Banjar Adat Margajati, raris kasungkemin Jero Gde Narmada pinaka pemangku kayangan banjar. Pawilangan akweh krama ring warsa 2013 makatah 95 warga, sangkaning patunggilan kayun para warga sareng sami ngantos mangkin Banjar Adat Margajati sampun maduwe Bale Banjar genah parum banjar adat. Sampun taler maduwe sekolah Taman Kanak-kanak. Siosan ring wewangunan, Banjar Margajati taler sampun maduwe tetangguran marupa Gong Balaganjur. Ring kayangan banjar adat kawangun raris pelinggih Padmasana, Bale Pepelik utawi paruman, miwah pelinggih Ratu Penyarikan. Kahyangan punika kasungkemin pinaka uluning banjar adat Margajati.
Pamargi pasuka dukan dawege dumun yaning wenten sinalih tunggil warga keni kelayu sekaran utawi keabu baangan, kawentenan patus seda mati antuk beras 1 kilo miwah jinah kalih tali rupiah. Pawilangan punika kantun memargi ngantos warsa masehi 2000. Nincap saking warsa 2000 ngantos mangkin, kacumpuin ageng patus seda mati ring banjar Margajati wantah marupa jinah dasa tali rupiah.
Risampune piranti banjar adat sane marupa Parahyangan, Pawongan miwah Palemahan jangkep, Raris karincikan pamargi ngaryanin Awig-awig, pinaka sepat siku-siku pemargi adat ring sawewengkon banjar adat Margajati. Taler warga kedeh mapikayun jagi ngaryanan Prasasti sane pacang kasungsung ring Banjar Adat, medaging wacakan makudang-kudang pamargi warga saking ngawit wentene banjar adat Margajati ngantos rahina prasasti puniki kapasupati.
Ngelanturan dredha bakti warga banjar adat Margajati ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa, pinaka rasa angayubagya raris karincikan parencana jagi ngawentenan karya agung ngenteg linggih, mlaspas, mupuk pedagingan kadulurin antur caru Wraspati Kalpa ring parahyangan desa adat. Ring Paruman banjar adat raris katuhur Ida Pedanda Gde Giri Dwija Kemenuh saking Giriya Gde Kramas Jumpayah pinaka Yajamana Karya. Pinaka Wiku Tapini katuhur Ida Pedanda Istri Parwati Kemenuh taler saking giriya Gde Kramas Jumpayah.
Pawilangan saking Sang Tiga Manggalaning karya, raris kacumawisan pucak karya memargi ring rahina Saniscara Kliwon wara Wayang, tanggal ping 13 Sasih Kasa ngunya kenem, Rah 3, Windu Kuntara, Tenggek 2, pawilangan Saka Warsa 1935. Ring pawilangan Masehi 20 Juli 2013. Upacara inucap katarka pacang nelasang prebeya kirang langkung tigang atus yuta rupiah, sane kapupulan saking warga miwah pengerawuh dana punia pemerintah miwah swasta taler angga krama Bali sane ledang ngaturang dana punia. Ehedan Karya memargi ngawit saking rahina Redite Pahing wara Ugu, tanggal masehi 7 Juli 2013 kakawitan antuk nunas ica miwah matur piuning ring Mlanting Banjar pacang ngawangun karya Ngenteg Linggih, kalanturan antuk acara matur piuning miwah nunas ica ring pura Kayangan Tiga. Mapiranti upakara Pejati Jangkep, Soda, Sanganan Kukus miwah raka woh jangkep. Kelanturan antuk acara Ngeruwak, Nyukat Genah, Nanceb Salon, tetaring, Asagan, Surya, lumbung, Sanggar Rare Angon miwah sane tiosan. Acara puniki katitenin olih Ida Pedanda lanang istri Yajamana miwah Tapeni. Mapiranti upakara Pejati, Upakara Pengeruwak, Tebasan Sapuh Hawu miwah jagasatru jangkep antuk nasi kojong banten pamali.
Ring rahina Buda Kliwon wara Ugu, tanggal Masehi 10 Juli 2013, kemargiyang acara nanceb sunari, pindekan, kober catur, penjor miwah sanggah bilang bucu. Kelanturan antuk acara Mlaspas alit saluiring wewangunan piranti karya. Acara Nyamuh Agung, nanding Catur, Nanding Pedagingan kemargiyang ring giriya Gde Kramas Jumpayah. Kapuput olih Ida Pedanda lanang istri, karombo olih warga banjar adat. Warga banjar adat taler nanceb penjor ring lebuh sowang-sowang.
Ring rahina Wrespathi Umanis wara Ugu, tanggal Masehi12 Juli 2013, kemargiyang acara negtegang Manik Galih, mendak tirtha ring beji, ngingsah miwah nyuciang Manik Galih, kapuput olih Ida Pedanda Gde Giri Dwija Kemenuh. Kelanturan antuk acara Ngadegang Rare Angon, Tapeni, Pengemit Karya miwah Pengalang Sasih. Acara Mapapada wewalungan taler kemargiyang ring rahina inucap.
Ring rahina Redite Wage Wayang, tanggal Masehi 14 Juli 2013 kemargiyang acara Mendak Siwi ring Marga Tiga, kelanturan antuk acara Melasti ke segara, kapuput olih Ida Pedanda Gde Giri Dwija Kemenuh. Mapiranti antuk upakara Pulagembal, Upakara Mendak Siwi, Caru ayam brunbun, miwah pekelem ring segara marupa itik miwah ayam ireng.
Ring rahina Anggara Umanis wara Wayang kemargiyang acara Parisudha Bhumi, kapuput olih Ida Pedanda Gde Giri Dwija Kemenuh, kairing olih Pamangku, Serati, Manggala Adat Dinas, Upadesa Sabha, Prawartaka miwah warga banjar adat.
Ring rahina Buda Pahing Wara Wayang, tanggal Masehi 17 Juli 2013 kemargiyang acara Tawur, Mlaspas miwah mendem Pedagingan. Ring pemargi Tawur ngangge dasar caru Panca Satha, kadulurin tawur Angsa magenah kangin, Kucit Butuhan magenah kaler, Kambing kuning magenah kawuh, Asu Bang Bungkem magenah Kelod Kawuh, Itik Bulu Sikep megenah Kelod Kangin, ring tengah itik belang kalung. Tawur puniki kadulurin antuk Yamaraja. Tiosan ring caru miwah tawur punika, ring wewidangan kayangan taler kemargiyang caru ayam brunbun ring lebuh miwah Bale Kulkul, caru ayam Biing ring Perantenan, caru ayam selem kemargiyang ring sumur. Ida Pedanda Gde Giri Dwija Kemenuh pinaka Yajamana nodya ring pemujan. Pemargi pemuput kemargiyang olih Ida Pedanda Siwa Giriya Pamaron Munggu, Ida Pedanda Buda Giriya Jadi Tabanan miwah Jero Gde Sibang.
Ring rahina Sukra Wage wara Wayang, tanggal Masehi 19 Juli 2013, kemargiyang acara Memben, kelaksanayang olih Pemangku, serati miwah warga penyanggra. Ring rahina Saniscara Kliwon wara Wayang, tanggal Masehi 20 Juli 2013, nemoning Puncak Karya kemargiyang acara Lunga ke Beji, Caru Rsi Ghana medasar antur caru ayam Panca Satha, Ngaturan Piodalan miwah Ngenteg Linggih. Taler kemargiyang acara pawintenan. Kaspuput olih Ida Pedanda Gde Giri Dwija Kemenuh.
Ring rahina Redite Umanis wara Klawu, tanggal Masehi 21 Juli 2013 kemargiyang acara Meajar-ajar, mapiranti upakara Pulagembal, upakara meajar-ajar miwah pakelem ring danu. Kapuput olih Ida Pedanda Gde Giri Dwija Kemenuh. Ring rahina Coma Pahing wara Klawu, pawilangan tanggal Masehi 22 Juli 2013, nemonin Purnama sasih Kasa kemargiyang acara Ngayarin, kailenan olih Pamangku Kayangan. Acara kaping untat kemargiyang ring rahina Anggara Pwon Klawu, pawilangan tanggal Masehi 23 Juli 2013 kelaksanayang acara Nyenuk, mendem Penyegjeg miwah pengenteg, kasineb antuk panyineban, ngangge upakara ayaban bebangkit miwah banten Panyenukan jangkep, kapuput olih Ida Pedanda Gde Giri Dwija Kemenuh.
Puput pahilen upakara karya ngenteg linggih, mlaspas, mupuk pedagingan tawur Wraspathi Kalpa ring kayangan banjar adat Margajati, Desa Pamecutan Kaja, Desa Pakraman Denpasar.
Nenten sida kawilangin rasa angayubagya warga banjar Adat Margajati, rehning sampun sida ngemargiyang acara karya agung  Ngenteg Linggih, Mlaspas, mupuk Pedagingan miwah tawur Wraspati Kalpa ring banjar adat Margajati. Santukan ngawangun yadnya wantah swadarma sang magama Hindu. Sekadi ketah permargi yadnya ring Bali. Yadnya mawit saking basa Sanskertha kruna lingga Yaj sane meartos, mamuja, ngaturang miwah punia. Ring Sastra Bhagawadgita yadnya maartos parilaksana sane kelaksanayang kadasarin antuk kayun las miwah suci ning nirmala ngaturan sarining manah miwah laksana ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Yadnya maduwe tatujon ngawales yadnya sane sampun kemarginin olih Ida Sang Hyang Widhi duk ida ngardi jagat miwah dagingnyane sami.
Yadnya punika taler maduwe pikenoh makweh pisan, minakadi, anggen sarana ngemargiyang pemargi miwah tuntunan Weda, pinaka sarana ngewangiyang jiwatma anggen bekel ngungsi sunya riwekas, yadnya taler mapikenoh pinaka sarana panyucian,, pinaka sarana penyucian angga sarira, pinaka sarana penyambung paiketan bakti ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa, miwah pinaka sarana ngaturang rasa angayubagya miwah rasa suksma ring pasuwecan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Dumogi panugrahan Ida Sang Hyang Widhi Wasa setata ngicenin pemargi rahayu ring jagat miwah dagingnyane sami, dumogi madoh saking papa klesa miwah bancana. Ong anugraha manoharam, dewadatta nugrahakam, hyarcanam sarwa pujanam, namo sarwa nugrahakam, dewa dewi maha sidhi yadnye katam mulat midham laksmi sidisca dirgayur, nirwigna suka wredisca. Ong ayu wredhi yasa wredhi, wredhi pradnyan suka sriya dharma santana wredisca, santuste sapta wredayah. Yato meru stito dewah, yawat gangga mahetale candrarka gaganatawat, yawadwa wijaya bhawet. Ong dirgayu rastu tat astu-astu, Ong Sryam bhawantu, sukham bhawantu, purnam bhawantu, sapta wredyastu swaha.
Om Santhi-santhi santhi Om
Puput kasurat ring rahina Buda Pahing wara Wayang, titi tanggal ping 10 sasih Kasa Saka Warsa 1935, Windhu Kuntara Rang 3, Tenggek 2. Pawilangan Masehi 17 Juli 2013. Olih titiyang Ida Bagus Bajra, Asrama ring Giriya Gunung Payangan, Gianyar, Bali.