Panca Yadnya
Konsep Panca Yadnya kalau dielaborasi -- digarap
secara tekun dan cermat -- menggunakan metode empiris, bisa menjadi pengetahuan
atau falsafah hidup yang mengajarkan hakikat keseimbangan. Harmonisasi dalam
kehidupan ini akan terjadi jika manusia tidak saja memperhatikan dan
mengutamakan diri sendiri tetapi juga yang berada di luar dirinya, yakni dewa,
rsi, pitra, manusa, dan butha.
Perhatian dan pengutamaan itu dapat dilakukan dengan
yadnya, yang diterjemahkan menjadi kurban suci. Namun kurban yang paling suci
bukanlah mantram, melainkan filosofi nilai dan cita-cita yang terkandung di
dalamnya. Bukan pula beraneka hewan persembahan, melainkan penghancuran
sifat-sifat kebinatangan yang inheren pada diri setiap orang. Kurban suci yang
terbaik adalah trikaya parisudha, sedangkan sesajen dengan segala
renik-reniknya hanya sarana yang melekat padanya.
Akan tetapi dalam tradisi Bali, Panca Yadnya dimaknai
bukan sebagai kurban suci melainkan persembahan sesaji melalui suatu upacara
atas kelima unsur tersebut. Mereka berhenti sampai di situ, seolah-olah hanya
dengan melangsungkan upacara persoalan kehidupan ini bisa dituntaskan begitu
saja. Padahal upacara tanpa upakara tidak akan ada artinya, sama halnya dengan
menghambur-hamburkan uang tanpa tujuan yang pasti.
Apacara dan upakara adalah saudara kandung, yang
bagaikan dua sisi pada suatu mata uang, tak bisa dipisahkan begitu saja.
Keduanya berasal dari bahasa Sansekerta. Upacara punya konotasi bukan hanya
sebagai upacara, tetapi juga perhiasan atau tanda-tanda kebesaran kerajaan,
dapat pula diartikan sebagai hadiah. Sedangkan upakara bermakna kedermawanan,
bantuan, amal baik, perbuatan baik, dan sebagainya yang serba baik.
Dengan demikian upacara tanpa upakara akan menyebabkan
segala sesuatu yang dipersembahkan kepada subsimtem Panca Yadnya itu tidak
bermakna, menimbulkan upadrawa, kecelakaan dan penderitaan dan berakhir dengan
upakrosa, penyesalan dan celaan. Contoh terbaik untuk menerangkan hal itu
adalah konflik bahkan pertikaian yang terjadi pada saat piodalan baik di
tingkat keluarga, banjar, desa adat, dan kahyangan jagat menunjukkan minimnya
kesadaran umat Hindu melakukan upakriya, kewajiban berbuat baik, padahal inilah
yang merupakan inti panca yadnya, sedangkan barang-barang persembahan hanyalah
upakarana, perlengkapan belaka.
Berbuat baik kepada para dewa, Dewa Yadnya, tidak
mesti harus diukur dari besar-kecil sarana upacara dan megah atau sederhananya
pura, melainkan apakah yang bersangkutan mampu mengedepankan sikap para dewa,
objektif, bebas dari kepentingan pribadi. Rsi Yadnya bukan pula hanya daksina,
upah atau hadiah kepada para pendeta, tetapi penghargaan kepada dunia ilmu
pengetahuan. Pitra Yadnya, bukan pula penghormatan kepada roh leluhur melalui
upacara pengabenan, tetapi kesadaran akan pentingnya masa lampau untuk
melangkah di masa kini. Manusa Yadnya, juga tidak semata-mata upacara siklus
kehidupan -- lahir-hidup-mati -- tetapi juga upakara kemanusiaan,
perikemanusiaan. Demikian dengan Bhuta Yadnya, bukan berarti hanya untuk bhuta
kala melainkan mahluk hidup, segala yang berwujud dan berupa.
Bagaimana pun konsep panca yadnya hanyalah acuan yang
wajib digunakan oleh umat untuk menjabarkan intisari ajaran Hindu yakni Panca
Sradha, yang sudah tentu tak bisa diterapkan secara mutlak, mengingat di dalamnya
ada relativitas sesuai dengan hukum rwabhineda: hitam putih, baik buruk, dan
sebagainya. Agar kejahatan tidak mengalahkan kebaikkan, maka diperlukan tata
tertib dan aturan, namun semua itu tak akan ada gunanya jika masih tetap
mengutamakan upacara dengan mengabaikan upakara.
Ketidakseimbangan antara upacara dan upakara telah
menjadi sebab dari berbagai akibat dan punya kecenderungan menghancurkan
peradaban Bali. Selama ini upacara makiyis yang dilaksanakan setahun sekali
terbukti tidak mampu membersihkan pikiran. Terbukti masih banyak orang
oportunis mencuri kesempatan untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan dengan
berbagai cara. Upacara tumpek bubuh tidak mampu menyelamatkan lingkungan.
Upacara Pagerwesi, tak secara otomatis melindungi Bali dari para teroris.
Oleh karena itu, demi masa kini dan masa depan, konsep
Panca Yadnya harus dielaborasi dengan terlebih dahulu melekatkan unsur upakara
di dalamnya. Hal ini sangat penting, sebab Bali masa kini bukanlah Bali masa
lampau yang homogen dan monoreligi. Bali sekarang sungguh kompleks. Begitu
banyak permasalahan tumpang-tindih di dalamnya, yang bisa disebut sebagai
dampak industrialisasi pariwisata dan modernisasi.
Di satu sisi dia telah melahirkan struktur masyarakat
baru. Adanya sekelompok orang dengan tingkat keterampilan dan pendidikan yang
lebih tinggi, yang dibarengi dengan munculnya peningkatkan kebutuhan dalam
berbagai hal: kesadaran politik, harapan-harapan hidup, dan interaksi dengan
dunia luar. Proses perubahan itu luput dari perhatian pemerintah, karena mereka
lebih banyak disibukkan oleh kepentingan-kepentingan memerintah, bukan sebagai
yang diperintah oleh asas-asas perikemanusiaan.
Keluputan itu tak boleh dibiarkan berkepanjangan,
karena peningkatan laju industrialisasi dan modernisasi telah terbukti
menimbulkan destabilisasi, yang dapat dilihat dari adanya disparitas pendapatan
dan sosial di masyarakat. Mereka yang tersentuh langsung dengan industrialisasi
cenderung lebih banyak menikmati hasil daripada yang tak langsung, sehingga terjadi
ketimpangan sektor pertanian mensubsidi perindustrian dalam skala luas.
Terjadi ketidakseimbangan antara kota (pusat-pusat
pariwisata) dengan daerah luar kota, daerah dengan daerah, antara sektor-sektor
modern dan tradisional, sektor-sektor asing dan domestik. Hal itu sudah
mengancam keseimbangan-keseimbangan sosial, yakni terjadinya urbanisasi dan
mobilitas secara besar-besaran, sehingga isolasi tradisional yang sebelumnya
begitu kuat mengingat Bali terlepas karena tak kuat menghadapi laju transportasi
dan media massa. Dengan demikian, muncullah kelompok yang berada pada kedudukan
yang lebih baik untuk memanfaatkan kemajuan industrialisasi dan yang berada
pada kedudukan lebih buruk. Ketidakseimbangan ini padanya akhirnya akan
mengakibatkan keterasingan dan sejumlah masalah sosial.
Hal seperti itu mungkin dapat dicegah paling tidak
dikurangi eksesnya dengan melakukan yadnya yang telah dimodifikasi
pengertiannya. Orang-orang yang kebetulan berada pada kedudukan yang lebih baik
harus mampu dan bersedia membantu pemerintah dalam hal penjabaran Panca Yadnya:
menciptakan ruang dan kesempatan sebanyak mungkin untuk melakukan yoga, semadi,
dan meditasi; membantu dalam hal pendidikan dan penelitian dalam berbagai
bidang sesuai dengan ketertarikan masing-masing. Mensosialisasikan nilai,
cita-cita dan simbol ekspresif masa lampau yang dianggap relevan untuk masa
kini; menjaga memupuk sebaik mungkin sumber kehihupan manusia, terutama dengan
terus-menerus meningkatkan sumber daya; dan menjaga serta melestarikan alam lingkungan
hidup.
Pemerintah melalui kewenangannya tentu hanya menunggu
bantuan tetapi wajib juga melaksanakan semua itu, pertama-tama dalam
lingkungannnya sendiri, karena hanya dari pejabat yang punya kesadaran
perikemanusiaan yang mampu memimpin negeri ini menjadi lebih baik. Hindu yang
berdasarkan pengalaman terutama yang dari penemuan dan pengamatan terhadap
realitas sosial.
Tingkatan Caru
dan Binatang yang Dipakai
CARU pada hakikatanya
dipahami sebagai persembahan untuk Bhuta Kala. Upacara caru dimaknai sebagai
upacara untuk menjaga keharmonisan alam, manusia dan waktu.
Di Bali Dikenal Tiga Jenis Caru
1. Caru Palemahan Bumi Sudha yaitu upacara
caru untuk tempat atau wilayah. Baik itu untuk mengharmoniskan tempat untuk
dipakai tempat suci, dibangun rumah, atau sebuah wilayah yang tertimpa musibah.
2. Caru Sasih yaitu caru yang dilaksanakan
berkaitan dengan waktu-waktu tertentu yang dipandang perlu diharmoniskan.
Misalnya Caru Sasih Sanga (sehari sebelum Nyepi)
3. Caru Oton yaitu caru untuk orang atau
benda sebagai unsur bhuana agung yang mengalami berbagai siklus, baik terhadap
waktu maupun perkembangannya. Misalnya caru oton untuk anak yang baru lahir,
untuk perkawinan, akil balik, kematian dll. yang sering juga disebut dengan
byakala.
Banten caru biasanya berisikan hal-hal
khas
1.
Aneka macam nasi, baik warna maupun bentuk
2. Aneka bumbu-bumbuan (bawang, jahe,
terasi, garam)
3. Daging (terutama bagian jeroan)
4. Arang
5. Darah
6. Blulang atau bayang-bayang binatang
7. Tuak, arak dan berem
8. Api takep
9. Aneka bunyi-bunyian
Dewasa Caru
Upacara caru yang baik dilakukan pada:
- Sasih Kanem, Kapitu, Kawolu dan Kasanga.
- Hari/tanggal Panglong, atau Tilem
- Kajeng Kliwon
- Ingkel Bhuta.
Khusus untuk Caru Palemahan atau Bumi Sudha dilakukan secara insidental maupun
rutin menurut waktu atau sasih atau peristiwa dengan memperhitungkan hari dan
ingkel.
Jenis Caru Palemahan:
* Caru Eka Sata
Sarana: Olahan ayam putih dengan bayang-bayangnya
(blulang --bahasa Bali-red) dialasi sengkuwi dibagi lima tanding. Disertai
dengan datengan, daksina, penyeneng dan canang (untuk semua jenis caru).
* Caru Panca Sata
Sarana memakai 5 (lima) ekor ayam.
Ayam bulu hitam tempatnya Kaja (utara), putih siung (kuning) tempatnya Kauh
(barat), ayam bulu merah (barak) Kelod (selatan). Kangin (timur) ayam bulu
berwarna putih dan di tengah ayam bulu berwarna brumbun (segala warna). Selain
itu dilengkapi juga dengan seekor bebek blang kalung.
* Caru Panca Sanak
Untuk Caru Panca Sanak dasarnya adalah caru Panca Sata
sedangkan kelengkapannya ada beberapa jenis binatang, jika dilengkapi:
a.
Asu atau Anjing maka tempatnya terletak di
arah Barat Daya/Kelod-Kauh.
b. Bebek bulu Singkep diperuntukkan
diletakan di arah Kelod-Kangin (Tenggara).
c. Angsa letaknya Timur Laut/Kaja-Kangin
d. Kambing nerupakan caru yang diperuntukkan pada arah Kaja Kauh (Barat
Laut)
Itulah beberapa caru dari segi sarana hewannya dan
masih banyak lagi caru sesuai dengan namanya dan sarana hewan yang
dipersembahkan.
Yang disebutkan tadi dengan sarana bebek, kambing,
anjing, ini merupakan tingkatan caru yang disebut dengan Panca Sanak. Ini pun
dapat dibagi lagi menjadi Panca Sanak yang sarananya asu, dan bebek bulu sikep.
Sedangkan Panca Sanak Agung sarananya, hewan angsa dan asu atau anjing.
* Caru Panca Sanak Madurga
Sarananya sama dengan Caru Panca Sanak ditambah dengan
anak babi jantan hitam yang belum dikebiri (kucit selem butuhan) dengan
tambahan bebek atau yang lain.
* Caru Sanak Magodel
Sarana tambahannya dipakai anak sapi atau yang dalam
bahasa Balinya disebut godel.
* Caru Rsigana
Adalah Caru Panca Sanak yang disertai dengan
menghadirkan Dewa Ghana sebagai dewa penghalau rintangan.
* Caru Balik Sumpah
Di tingkat yang lebih tinggi ada juga caru yang
dikenal dengan nama Caru Balik Sumpah yang sarana hewannya berupa kerbau dan
kambing. Sedangkan yang lebih tingi lagi ada sejenis upakara Malinggia Bhumi
dan ini sarana binatangnya adalah sebanyak 45 kurban.
Upakara Ngerapuh
Carik atau sawah
Dalam buku
Bhama kertih, disebutkan kalau membangun rumah di area persawahan maka yang
pertama kali harus dilakukan yaitu nunutun Ida Bhatari Sri kembali ke Pura
Dugul, ini dimaksudkan untuk mengembalikan jiwa dari tanah tersebut kepada yang
memiliki. Setelah itu dilakukan upacara ngerapuh pundukan yang bertujuan untuk
mempralina atau merubah status tanah dari semula berstatus tanah sawah menjadi
tanah untuk rumah.
Mengenai membuat merajan, maka sesuai dengan petunjuk lontar Niti Gama
Tirta Pawitra, maka minimal ada tiga pelinggih yang disebut Tri Lingga, yaitu
Kemulan Rong Tiga, Ratu Anglurah dan Taksu, ini disebut Merajan Alit Tri
Lingga, dan ini sudah cukup untuk tingkat rumah tangga. Andaikata lahan
memungkinkan maka bisa membuat Panca Lingga yang mana dari Tri Lingga tadi
ditambahkan Pelinggih Parahyangan dan Padma. Jika melebihi Panca Lingga maka
itu sudah masuk kategori Merajan Gede. Namun jika lahan tidak memungkinkan
untuk Tri Lingga sekalipun, maka sesuai dengan keputusan Parisada Hindu Bali
tahun 1999, cukup dibuatkan Padmasari saja, jadi membangun Padmasari dan
pelinggih penunggun karang sudah cukup.
Kalau ada umat berkeinginan atau berencana mengganti fungsional atau
mengalih fungsikan sawah, kebun, belukar menjadi perumahan atau tempat usaha, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, baik areal bekas milik sendiri atau
karena membeli membeli seperti konsep diatas ada beberapa upakara yang patut
dilaksanakan antara lain :
Membangun sanggar tutwan di pojok antara utara dan timur dari batas tanah yang
akan dialihfungsikan tersebut, lalu naikkan upakara :
1. Upacara
pejati 3 soroh, haturan kepada Ida Bhatara Surya, Luhuring Akasa, Pretiwi.
2. Tebasan
Sidha Sampurna 1, isinya, nasi ditelompok, ayam putih dipanggang, buah-buahan
dan jajan lengkap, dibuat diatas wanci, dialasi kulit tebasan.
3. Pengambeyan
1, dagingnya bebek diguling buah-buahan dan jajan lengkap.
4. Pabresian
5. Pras
penyeneng
6. Segawu
tepung tawar, lis.
7. Daksina 1
8. Katipat
kelanan, ajuman putih kuning, canang genteng 1 tanding, segehan 2 tanding.
9. Tetabuhan
tuak arak berem.
10. Nuhur tirtha
di Pura Pengulun carik.
11. Canang
tapakan atau linggih yang akan di kembalikan ke Pura Pangulun Carik nantinya.
12. Carang
dapdap penuntunan, berisi benang tukelan, juga uang bolong 225 keteng.
13. Santun soroh
pat sebagai pemogpog di bawah sanggar tutwan, ditambahkan pras diatas santun,
uang kepeng 225.
Ini lagi upakara ngehed sawah atau tegalan, antara lain sebagai berikut :
1. Pras
Penyeneng
2. Rayunan
Putih Kuning.
3. Bubur
mawadah suyuk 5 tanding.
4. Katipat
kelanan
5. Pras
Ajengan.
6. Sasantun 1
dengan sesari 727 keteng.
Sedangkan caru di areal tanah bekas sawah, tegalan, atau belukar itu antara
lain :
Itik hitam jadikan caru,
diolah menjadi sate lembat dan asem sebanyak 5 tanding, dengan ketengan 33
keteng, semua membawa sengkui, kulitnya dipakai layang-layang, sasantun 1. Lalu
parisudha dengan tirtha dalam sangku tembaga, sirat ke arah kiri 3 kali dengan
mantra :
Ong Nini Pamali Wates tan hana jurang pangkung, aku Ibu Pritiwi angelebur
saluiring mala, Ong Bhuta sih, Kala sih, Dewa purna, Ong Sa Ba Ta A I.
Ehedan Upakara antara lain sebagai berikut :
1. Ngastawa
upakara Pejati yang ada di sanggar tutwan, sraya memohon tirta kakuluh yang
dipakai untuk memarisudha tempat tersebut.
2. Upakara di
Surya terlebih dahulu, meminta upasaksi kepada Hyang Siwa Raditya, lalu
upasaksi ke Pengulun Carik, luhur akasa, pretiwi, dan kayangan-kayangan yang
ada.
3. Memuja caru
diatas, atau caru tambahan yang disiapkan oleh umat, karena yang tertulis
diatas adalah caru uttama, dan bila dirasa perlu bisa ditambah dengan caru
Panca Sata, atau yang lebih tinggi, dengan pujanya masing-masing.Layang-layang
caru itu ditanam di tengah-tengah areal, bersama dengan upacaranya sekalian.
4. Yang
memiliki tanah kemudian dilukat, lalu bersiap-siap muspa, matirta dan memakai
bija.
5. Lalu acara
mengembalikan linggih Ida Bhatara Sri ke Penguluning carik, kalau tanah
tegalan, mengembalikan Sang Hyang Tegal ke pura Sang Hyang Hyang Tegal yang
terdekat.
6. Selesai
upacara ngerapuh carik tersebut.
Mantra yang terkait :
PALET
I
Upadeku (Utpatti, Deva Partistha, Kuta Mantra)
Upatti
Upatti ini dilaksanakan untuk membersihkan diri kita, agar dalam melaksanakan
pemujaan nanti kita bisa memberikan energi yang bagus terhadap tempat dimana
kita akan memuja sehingga bisa memberikan vibrasi yang bagus adapun tahap-tahap
yang mesti dilaksanakan dalam melakukan Upatti antara lain :
Asana
Sikap tangan di depan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Om Prasada Sthiti Sarira Siva Suci Nirmala ya namah svaha
Karosodana
Om Sodha mam svaha
Om Ati Soddha mam svaha
Pranayama
Tarik nafas : Om Ang namah
Tahan nafas : Om Ung namah
Buang nafas : Om Mang namah
Penyembahan I
Tangan diatas ubun-ubun dengan sikap Anjali dengan maksud kita memuja Hyang
Widhi dengan tulus sehingga kita bisa mendapatkan keheningan pikiran.
Om Hrang Hring Sah Parama Siva Aditya ya namah svaha
Mensucikan bunga dan dupa
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha, dengan maksud untuk
membersihkan sarana dan prasarana yang kita pergunakan dalam memuja Hyang
Widhi.
Dupa : Om Ang Dhupa Dipastra ya namah svaha
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha
Mensucikan Air I
Tangan di depan hulu hati dengan sikap deva pratistha, dengan maksud untuk
memohon kepada Devi Gangga agar membersihkan air ini dari segala kekotoran.
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Hrang Hring Sah Parama Siva Gangga Tirtha Amerta ya namah svaha
Mensucikan Air II
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha, supaya Siva membersihkan
air ini dari segala kekotoran.
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Siva Amertha ya namah svaha
Lalu bunga dimasukkan ke dalam air
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha, supaya Sadasiva
membersihkan air ini dari segala kekotoran.
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Sadasiva Amertha ya namah svaha
Lalu bunga dimasukkan ke dalam air
Tangan di depan hulu hati dengan sikap deva pratistha, supaya Paramasiva
membersihkan air ini dari segala kekotoran.
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Paramasiva Amertha ya namah svaha
Lalu bunga dimasukkan ke dalam air
Membersihkan badan
Pemercikan tirtha ke badan
Om Budha Pawitra ya namah
Om Dharma Maha Tirtha ya namah
Om Sang Hyang Maha Toya ya namah svaha
Kuta Mantra
Kuta mantra merupakan doa untuk mensucikan tempat dimana kita akan melakukan
pemujaan sehingga tempat tersebut memiliki nilai religius yang tinggi, adapun
mantranya adalah :
Tangan di depan hulu hati dengan sikap deva pratistha.
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Hung Hrah Phat Astra ya namah
Om Atma Tattvatma Suddha mam svaha
Om Ksama Sampurna ya namah svaha
Om Shri Pasupataye Hung Phat
Om Shriyam bhavantu
Sukham Bhavantu
Purnam Bhavantu ya namah svaha
Bunga di buang ke depan
Padmasana
Mantra atau doa yang dipanjatkan pada tahapan ini bertujuan untuk
mensucikan padmasana, padmasari, pelangkiran serta yang lainnya, doa yang
di ucapkan adalah
Tangan di depan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Ananta Sana ya namah svaha
Om Padmasana ya namah svaha
Om Deva Pratistha ya namah svaha
Tangan diatas ubun-ubun dengan sikap Anjali
Om Hrang Hring Sah Parama Siva Aditya ya namah svaha
Tangan di depan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga : Om Puspa Danta Ya namah svaha (dalam hati)
Om I – Ba – Sa – Ta – A
Om Wa – Si – Ma – Na – Ya
Mang – Ung – Ang Namah
Lalu bunga dibuang ke depan
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Sa – Ba – Ta – A – I
Om Na – Ma – Si – Va – Ya
Ang – Ung – Mang Namah
Bunga di buang ke depan
Deva Pratistha
Deva pratistha merupakan mantra pemujaan yang ditujukan kepada para deva supaya
berkenan hadir dan berstana di tempat yang akan kita puja, adapun mantra yang
di ucapkan adalah :
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Pranamya Sang Linggam,
Deva Linggam Mahesvara
Sarva Devati Devanam
Tasmei Lingga ya namah svaha
Bunga di buang ke depan
Mantram Genta:
Menyucikan Genta :
Genta dipegang dengan tangan kiri, tangan kanan memegang sekar dipakai
memercikan toya anyar pada Genta sebanyak 3 x mantra : Om Ung Visnu
ya namah svaha.
Selanjutnya Genta diukupi asep dengan tangan kanan sambil
memutar kekanan (Pradaksina) sebanyak 3 x
mantra : Om Ang Dupa Astra ya namah. Kemudian Sekar disuntingkan pada ujung
tangkai Genta.
Ngastawa Genta
Genta dipegang dengan tangan kiri didepan dada, sedangkan tangan kanan memegang
pentil (sikap Deva pratista) dengan mantra :
Om karah Sadasivastah, jagatnatha hitangkarah,
Abhivada-vadaniyah, ghanta sabdah prakasyate.
Om Ghanta-sabdah maha sresthah Om karah parikirtitah.
Candrardha – bindu – nadantam, sphulingga Sivatattvan-ca.
Om Ghantayur pujyate devah a-bhavya-bhavya karmesu
Varadah labda-sandheyah, varam-siddhir nirsangsayam.
PALET II
Ngaksama, memohon tirtha pabersihan, palukatan, dan tirtha prayascitta
Ksama Puja:
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha:
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Ksamasva mam Mahadeva
Sarva Prani Hitankara
Mamoca Sarva Papebhyah
Phalayasva Sadasiva
Om Papo`ham Papa Karmaham
Papatma Papa Sambhavah
Trahimampundharikaksah
Kenancit Mama Raksantu
Om Ksantavyah Kayiko Dosah
Ksantavyo Vaciko Mama
Ksantavyo Manaso Dosah
Tat Pramadat Ksamasva mam
Om Hinaksaram Hina Padam
Hina Mantram Tataivaca
Hina Bhakti Hina Vrddhim
Sadasiva Namo’stute
Om Mantra Hina Kriya Hinam
Bhakti Hinam Mahesvara
Yat Pujitam Mahadeva
Paripurnam Tad Astu me
Bunga di buang ke depan Memohon tirtha pabersihan, palukatan, Apsu Deva
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Apsudeva Pavitrani
Gangga Devi Namo’stute
Sarva Klesa Vinasanam
Toyane Parisuddhaya Te
Sarva Papa Vinasini
Sarva Roga Vimocane
Sarva Klesa Vinasanam
Sarva Bhogam Avapnuyat
Masukkan bunga ke tempat tirtha
Pancaksaram
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Pancaksaram Maha Tirthan Pavitram Papanasanam
Papa Koti Sahasranam
Agadham Bhavet Sagaram
Om Pancaksaram Param Brahma,
Pavitram Papanasanam
Parantam Parama Jnanam
Siva Lokam Pratam Subham
Om Namo Siva Iti Yo Yam
Para Brahma Atmane Devanam
Para Sakti Panca Deva
Panca Rsi Bhavet Agni
Om A Karasca U Karasca,
Ma Kara Vindu Nadakam
Pancaksaram Maya Protam
Om Kara Agni Mantranke ya namah svaha
Masukkan bunga ke tempat tirtha
Gangga Stava
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Gangga Sarasvati Sindhu
Su-Yamuna Godhavari Narmada Kaveri Sarayu Mahendra Tanaya
Carmanvati Venuka
Om Badhra Netra Vati Mahasuranadi
Kyatancaya Gandhaki Punyah Purna Jale Samudrah Sa Hetangkur Watu Te
Manggalam ya namah svaha
Masukkan bunga ke tempat tirtha
Pasupati Puja
Doa ini digunakan untuk memberikan energi pada air supaya memiliki kekuatan
yang sangat ampuh untuk menghidupkan air sehingga memiliki kekuatan illahi.
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Sang Hyang Pasupati Ang Ung Mang ya namah svaha
Om Brahma Astra Pasupati ya namah svaha
Om Wisnu Astra Pasupati ya namah svaha
Om Rudra Astra Pasupati ya namah svaha
Om Isvara Astra Pasupati ya namah svaha
Om Ya namah svaha
Om Sang Hyang aji Sarasvati
Tumurun Maring Surya Chandra
Angawe Pasupati Mahasakti
Angawe Pangurip Maha Sakti
Angurip Sahananing Raja Karya
Teka Urip Teka Urip Teka Urip
Om Sang Hyang Akasa Pertivi Pasupati Angurip tirtha……….
Om Eka Vastu Vignam Svaha
Masukkan bunga ke tempat tirtha
Mantra Prayascita
Mantra Pangeresikan
Pangeresikan dipegang dengan kedua tangan didepan hulu hati
Om asta sastra empu sarining visesa
Tepung tawar amunahaken angilangaken sahananing sebel kandel
Cuntakaning pebhaktyaning hulun
Om sanut sang kala pegat
Pegat rampung sahananing visesa
Om shri Devi bhatrimsa yogini ya namah
Om gagana murcha ya namah svaha.
Isi pengeresikan ditaburkan ke depan (arah Banten)
Air
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga : Om Puspa Danta Ya namah svaha (dalam hati)
Om Gangga Devi Maha Linggam
Siva Dvara Maha Pujam
Sarva Amerta Manggala Ya
Tirta Nadi Maha Toyam
Om Shri Gangga Devayai namah svaha
Masukkan bunga ke tempat tirtha
Bungkak Gading
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga : Om Puspa Danta Ya namah svaha (dalam hati)
Om I – Ba – Sa – Ta – A
Sarva Mala Prayascitta ya namah
Om Sa – Ba – Ta – A – I
Sarva Papa Pataka Lara Roga Vighna Prayascitta ya namah
Om A – Ta – Sa – Ba – I
Sarva Dasa Mala Geleh Pateleteh Prayascitta ya namah svaha
Masukkan bunga ke tempat tirtha
Natab
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga : Om Puspa Danta Ya namah svaha (dalam hati)
Om Prayascita Kara Yogi Visyan Tayet
Catur Vaktranca Puspadhyam
Om Greng Prayascitta Subhagyam Astu
Masukkan bunga ke tempat tirtha
PALET
III
Menstanakan Hyang Widhi
Astra mantra
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Hung Hrah Phat Astra ya namah
Om Atma Tattvatma Sudamam Svaha
Om Ksama Sampurna Ya Namah Svaha
Om Shri Pasupataye Hung Phat
Om Shriam bhavantu
Sukham Bhavantu
Purnam Bhavantu ya namah svaha
Bunga di buang ke depan
Mempersembahkan dupa
Dupa di pegang di epan hulu hati dengan sikap tangan deva pratistha
Om Ang Brahma Sandhya namah
Om Ung Visnu Sandhya namah
Om Mang Isvara Tri Purusa Ya namah svaha
Dupa ditaruh ditempatnya semula
Surya Stava
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha
Om Adhityasya Paramjyotih
Rakta Teja Namo’stute
Siva Agni Teja Mayanca
Siva Deva Visiantakam
Om Padma Lingganca Pratistha
Asta Deva Parikirtitham
Sivagraha Samyuktam
Ghanaksaram Sadasiva
Om Hrang Hring Sah Paramasiva
Surya Chandra ya namah svaha
Bunga di buang ke depan
Akasa Stava
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha
Om Akasa Nirmalam Sunyam
Guru Deva Bhyomantaram
Siva Nirbhanam Viryanam
Reka Omkara Vijaya
Om Ah Akasa Bhyo namah svaha
Bunga di buang ke depan Perthivi Stava
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha
Om Perthivi Sariram Devi
Catur Deva Mahadevi
Catur Asrami Bhatari
Siva Bhumi Maha Siddhi
Om Shri Bhava Devayai namah svaha
Samodhaya Stava
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha
Om Samodhaya Sivaya
Nara Astava Sanggaya
Sajnana Mona Sanggaya
Namastu Bhayu Akasa
Om Perthivi ya namah
Basuki ya namah
Chandra Adhitya Na Srahaya
Ghana Kumarayai svaha
Om Sarasvati Shri svaha
Yama Ludra ya Sanggaya
Kuvera, Baruna ya namah
Brahma Wisnu Mahadeva ya namah svaha
Bunga di buang ke depan Lingga Stava
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha
Om Linggantu Sarva Devatam
Om Linggantu Sarva Devanca
Om Linggantu Sarva Devanam
Om Shri Guru Bhyo namah svaha
Bunga dibuang ke depan
PALET IV
Mempersembahkan Upakara Astra mantra
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Hung Hrah Phat Astra ya namah
Om Atma Tattvatma Suddha mam svaha
Om Ksama Sampurna ya namah svaha
Om Shri Pasupataye Hung Phat
Om Shriam bhavantu
Sukham Bhavantu
Purnam Bhavantu ya namah svaha
Bunga di buang ke depan
Mempersembahkan dupa
Dupa dipegang dengan kedua tangan di depan hulu hati
Om Ang Brahma Sandhya Namah, Om Ung Visnu Sandhya Namah
Om Mang Isvara Tri Purusa Ya namah svaha
Mantra Pejati ( Daksina, Ajuman, Katipat Kelanan)
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Siva sutram yajna pavitram paramam pavitram
Prajapatir yogayusyam
Balam astu teja paranam
Guhyanam triganam trigunatmakam
Om namaste bhagavan Agni
Namaste bhagavan Harih
Namaste bhagavan Isa
Sarva bhaksa utasanam
Tri varna bhagavan Agni Brahma Visnu Mahesvara
Saktikam pastikanca raksananca saiva bhicarukam.
Om Paramasiva Tanggohyam Siva Tattva Parayanah
Sivasya Pranata Nityam Candhisaya Namostute
Om Naividyam Brahma Visnuca
Bhoktam Deva Mahesvaram
Sarva Vyadi Na Labhate
Sarva Karyanta Siddhantam.
Om Jayarte Jaya mapnuyap
Ya Sakti Yasa Apnoti
Siddhi Sakalam Apnuyap
Paramasiva Labhate ya namah svaha
Bunga di buang ke depan (arah Banten) lalu diperciki tirtha
Mantra Canang Sari
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om tamolah panca pacara guru paduka bhyo namah swaha
Om shri Deva Devi Sukla ya namah svaha
Bunga di buang ke depan (arah Banten)
Mantra ngayabang upakara
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Deva Bhatyam Maha Sukham
Bojanam Parama Saamerthan
Deva Baksya Mahatustam
Boktra Laksana Karanam
Om Bhuktyantu Sarva Ta Deva
Bhuktyantu Triloka Natha
Sagenah Sapari Varah Savarga Sada Sidha Sah
Om Deva Boktra Laksana ya namah
Deva Tripti Laksana ya namah
Treptya Paramesvara ya namah svaha
Bunga di buang ke depan (arah
Banten)
Mantra Panyeneng/Tehenan/Pabuat
Penyeneng dipengan dengan kedua tangan didepan hulu hati
Om Kaki panyeneng Nini Panyeneng
Kajenengan denira Sanghyang Brahma Visnu Iswara Mahadeva
Surya Chandra Lintang Teranggana
Om shri ya namah svaha.
Isi penyeneng ditaburkan ke depan (arah Banten)
Mantra Peras
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Panca wara bhawet Brahma
Visnu sapta wara waca
Sad wara Isvara Devasca
Asta wara Siva jnana
Omkara muktyate sarva peras prasidha siddhi rahayu ya namah svaha.
Bunga di buang ke depan (arah Banten) lalu diperciki tirtha
Pemercikan Tirtha ke semua upakara
Om Pertama Sudha,
Dvitya Sudha
Tritya Sudha
Caturti Sudha
Pancami Sudha
Sudha Sudha Variastu Ya namah svaha.
Om Puspam Samarpayami
Om Dupam Samarpayami
Om Toyam Samarpayami
Sarva Baktyam Samarpayami
Mantra Segehan
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta Ya namah svaha (dalam hati)
Om Atma Tattvatma suddha mam svaha
Om svasti-svasti sarva bhuta suka pradhana ya namah svaha
Om shantih shantih shantih Om.
Bunga di buang ke depan (arah segehan) lalu diperciki tirtha
Mantra Metabuh Arak Berem
Sambil mengucapkan mantra sambil menuangkan petabuhan
Om ebek segara, ebek danu
Ebek banyu premananing hulun ya namah swaha.
Doa Ini dipakai bila sarananya hanya bunga, air dan dupa saja
Om Puspam Samarpayami
Om Dupam Samarpayami
Om Toyam Samarpayami
Sarva Baktyam Samarpayami
PALET V PENUTUP Astra mantra
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Hung Hrah Phat Astra ya namah
Om Atma Tattvatma Suddha mam svaha
Om Ksama Sampurna ya namah svaha
Om Shri Pasupataye Hung Phat
Om Shriyam bhavantu
Sukham Bhavantu
Purnam Bhavantu Ya namah svaha
Bunga di buang ke depan
Ngaksara Jagatnatha
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Ksamasvamam Jagatnatha
Sarva Papa Nirantaram
Sarva Karya Siddhan Dehi
Pranamya Karya Suryasvaram
Tvam Surya Tvam Sivakarah
Tvan Ludra Bahni Laksanam
Tvamna Mani Sarva Gatakarah
Mama Karya Prajayate
Om Ksamasvamam Mahasakti
Asta Aisvarya Gunaatmakam
Nasayet Satatam Papam
Sarva Loka Darsanam
Om Anugraha Mano Haram
Deva Datha Nugrahaka
Arcanam Sarva Pujanam, Namo Sarva Nugrahaka
Deva Devi Mahasiddhi
Yajnanga Nirmalatmakam
Laksmi Sidisca Dirgahayur Nirvighnam Sukha Verddhisca
Bunga di buang ke depan
PALET VI
Sembahyang
Asana: Om prasada sthiti sarira Siva
suci nirmala ya namah svaha – Ya Tuhan, anugrahkanlah kepada hamba ketenangan
dan kesucian dalam batin hamba.
Pranayama dengan sikap tangan
Amustikarana:
Menarik napas; Om Ang namah – Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai pencipta dan
sumber dari segala kekuatan, anugrahi hamba kekuatan batin
Menahan napas: Om Ung namah – Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai pemelihara
dan sumber kehidupan anugrahi hamba ketenangan batin
Mengeluarkan napas: Om Mang namah – Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai pelebur
segala yang tidak berguna dalam kehidupan, anugrahi hamba kesempurnaan batin.
Karasoddhana
Tangan kanan: Om Soddha mam svaha – Ya Tuhan, sucikanlah seluruh badan jasmani
hamba
Tangan kiri: Om Ati soddha mam svaha – Ya Tuhan, sucikanlah seluruh badan
rohani hamba
Puja Tri Sandhya
Om bhur bhuvah svah
Tat savitur varenyam
Bhargo devasya dhimahi
Dhyo yo nah praccodayat
Ya Tuhan, yang menguasai ketiga dunia ini, Yang Mahasuci dan sumber dari segala
kehidupan, anugrahi hamba sinar penerangan dengan cahayaMu Yang Mahasuci
Om narayana evedam sarvam
Yad bhuta yasca bhavyam
Niskalangko niranjano nirvikalpo
Nirakhyatah suddho deva eko
Narayano na dvityo’sti kascit
Ya tuhan, hamba puja Engkau sebagai Narayana pencipta alam semesta beserta
isinya, Engkau Mahagaib, tak berwujud, dan tak terbatas oleh waktu, dapat
mengatasi segala kebingungan, Engkau Mahasuci, Mahaesa, dan tidak ada duanya,
dan dipuja oleh semua mahluk
Om tvam sivah tvam mahadeva
Isvarah paramesvarah
Brahma visnusca rudrasca
Purusah parikirtitah
Ya Tuhan, Engkau hamba puja dalam sinar suci dan saktiMu sebagai Siva,
Mahadeva, Isvara, Paramesvara, Brahma, Visnu, dan juga Rudra, karena Hyang
Widhi adalah sumber dari segala yang ada
Om papo’ham papakarmaham
Papatma papasambhavah
Trahi mam pundarikaksa
Sabahya bhyantarah sucih
Ya Tuhan, hamba ini penuh dengan kenestapaan, perbuatan hamba penuh dengan
kenestapaan, jiwa dan kelahiran hamba penuh dengan kenestapaan, hanya Engkaulah
yang dapat menyelamatkan hamba dari kenestapaan itu, semoga dapatlah disucikan
lahir-bathin hambaMu ini.
Om ksamasva mam mahadevah
Sarva prani hitangkara
Mamoca sarve papebhyah
Phalayasva sadasiva
Ya Tuhan, ampunilah hamba hyang Widhi, yang memberikan keselamatan semua mahluk,
ampuni hamba dari segala dosa, dan limpahkanlah perlindungan kepada hamba.
Om ksantavah kayiko dosah
Ksantavyo vaciko mama
Kksantavyo manaso dosah
Tat pramadat ksamasva mam
Ya Tuhan, ampunilah segala dosa hamba, baik yang berasal dari perbuatan, perkataan,
dan pikiran, maupun dari segala kesalahan hamba
Om santih santih santih Om
Ya Tuhan, semoga ada kedamaian dalam hati, di dunia, dan semuanya damai
untuk selamanya atas anugrahMu.
Kramaning Sembah
Muspa Puyung: Om Atma tattvatma
suddha mam svaha – Ya Tuhan, Engkau adalah merupakan sumber Atman dari semua
ciptaanMu, sucikanlah hambaMu.
Muspa dengan bunga ke hadapan Siva
Adhitya sebagai saksi pemujaan:
Om Adityasya param jyotih
Rakta teja namo’stute
Sveta pangkaja madhyasta
Bhaskaraya namo’stute
Om Hrang Hring Sah paramasiva adhitya ya namah svaha
Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai sumber cahaya yang merah cemerlang, penuh
kesucian yang bersemayam di tengah-tengah teratai berwarna putih, sembah sujud
hamba kepada sumber segala cahaya, Ya Tuhan, Engkau adalah ayah semesta alam,
ibu semesta alam, Engkau adalah Paramasiva devanya matahari,anugrahkanlah
kesejahtraan lahir-bathin.
Muspa dengan kwangen/bunga ke hadapan
Hyang Widhi dengan Ista devataNya:
Om namo devaya adhistanaya
Sarva vyapi vai sivaya
Padmasana eka prathistaya
Ardhanaresvarya namah svaha
Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai sumber sinar yang bersinggasana di tempat
paling utama, hamba puja sebagai Siva penguasa semua mahluk, kepada devata yang
bersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu tempat, kepada
Ardhanaresvari hamba memuja.
Muspa dengan kwangen/bunga kehadapan
Hyang Widhi untuk memohon waranugraha:
Om anugraha manoharam
Deva datta nugrahaka
Arcanam sarva pujanam
Namh sarva nugrahaka
Deva devi mahasiddhi yajnangga nirmalatmakam
Laksmi siddhisca dirgahayuh
Nirvighna sukha verddhisca
Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugrah, anugrah pemberian devata,
pujaan segala pujaan, hamba memujaMu sebagai pemberi segala anugrah,
kemahasiddian pada deva dan devi berwujud yajna suci. Kebahagiaan,
kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan
rohani dan jasmani.
Muspa Puyung, sebagai penutup persembahyangan:
Om deva suksma paramacintya ya namah svaha
Om santih santih santih Om
Ya Tuhan, hamba memuja Engkau devata yang tak terpikirkan, maha tinggi dan maha
gaib. Ya Tuhan, anugrahkanlah kepada hamba kedamaian, damai, di hati, damai di
dunia, dan semoga semuanya damai atas anugrahMu
PALET VII Mohon Tirta Vasuh Pada
Astra mantra
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Hung Hrah Phat Astra ya namah
Om Atma Tattvatma Suddha mam svaha
Om Ksama Sampurna ya namah vvaha
Om Shri Pasupataye Hung Phat
Om Shriyam bhavantu
Sukham Bhavantu
Purnam Bhavantu ya namah svaha
Bunga dibuang ke depan (ke arah Tirtha)
Pranamya kepada Adhitya
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Pranamya bhaskara devam
Sarva klesa vinasanam
Pranamya adhitya Sivartam
Bhukti mukti varapradam
Om Hrang Hring Sah Paramasiva Gangga tirtha amertha ya namah svaha
Bunga dibuang ke depan (ke arah Tirtha)
Pancaka Tirtha
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Gangga Sarasvati Sunyam
Jaya Tirtha Mahottamam
Jaya Shri Jaya Murtinam
Sarva Klesa Vinasanam.
Om Bhur Bhuvah Svah Maha Gangga Tirtha Pavitrani ya namah svaha
Bunga dibuang ke depan (ke arah Tirtha
Pemercikan Tirtha
Doa ketika metirtha:
Om Ang Brahma amrta ya namah
Om Ung Visnu amrta ya namah
Om Mang Isvara amrta ya namah
Ya Tuhan, dalam wujud Brahma
Ya Tuhan , dalam wujud Visnu
Ya Tuhan, dalam wujud Isvara
Anugrahkan air suci kepada hamba
Doa minum tirtha:
Om Om sarira ya namah
Om Om sadasiva ya namah
Om Om paramasiva ya namah
Ya Tuhan sebagai Siva, Sadasiva, Paramasiva, anugrahilah badan dan rohani
ini air suci
Doa ketika meraup tirtha:
Om Om sarira purna ya namah
Ang Ung Mang gangga amrta ya namah
Sarira suddha parama teja ya namah
Om Ang sama sampurna ya namah
Ya Tuhan, sempurnakanlah badan ini, Ya Tuhan sebagai perwujudan gangga amrta,
anugrahilah diri kami kesucian, sinar yang maha suci, yang maha sempurna
Memasang Bija
Diletakkan di selaning lelata: Om shriyam bhavantu – Ya Tuahan, semoga
kebahagiaan meliputi kami
Diletakkan di pangkal tenggorokan: Om sukham bhavantu – Ya Tuhan, semoga
kesenangan selalu datang pada hamba
Ditelan tanpa dikunyah: Om purnam bhavantu, Om ksama sampurna ya namah svaha –
Ya Tuhan, semoga segala kesempurnaan menjadi bertambah sempurna pada diri hamba
Memasang bunga
Diletakkan di ubun-ubun: Om Siva Raditya ya namah svaha - Ya Tuhan,
sebagai saksi semuanya, semoga hamba selalu dapat mengingatMu.
Diletakkan di kedua telinga: Om deva shri devi ya namah svaha – Ya Tuhan,
semoga kewibawaan meliputi hamba.
PALET
VIII
Purna
Puja
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Om Purnam Adah Purnam Idam
Purnat Purnam Udhacyate
Purnasya Purnama Dhaya
Purnam Iva Vasisyate
Om Sarve Bhavantu Sukinah
Sarve Santu Niramayah
Sarve Bhadrani pasyantu
Ma kascit Duhkha bhag Bhavet.
Om Santih, Santih, Santih Om