Sabtu, 10 Oktober 2020

REGISTER YDK 010 CARU DAN TAWUR.


 

CARU

Pendahuluan

Dalam Bahasa Sanskerta, caru artinya cantik, indah, harmonis; dalam Bahasa Kawi, caru artinya kurban. Sebagai kata kerja, mecaru artinya menghaturkan kurban untuk memperindah dan mengharmoniskan sesuatu.

Dalam arti yang lebih tegas, mecaru adalah suatu upacara kurban yang bertujuan untuk menghar moniskan bhuwana agung dan bhuwana alit agar menjadi baik, indah, lestari. Dengan demikian, upacara mecaru adalah aplikasi dari filosofi Tri hita karana, seperti yang disebutkan dalam Lontar Pakem Gama Tirta, agar terjadi keharmonisan dalam hubungan antara manusia dengan Sang hyang Widhi (Parhyangan), hubungan antara manusia dengan sesama manusia (Pawongan) dan hubungan antara manusia dengan alam (Palemahan).

Upacara pecaruan ada yang dilakukan dalam bentuk kecil sehari-hari, disebut Nitya Karma, sedangkan upacara pecaruan disaat tertentu (biasanya lebih besar) disebut Naimitika Karma.

Jenis-jenis Caru dan Tawur

Lontar Dewa Tattwa membedakan jenis-jenis Caru dan Tawur sebagai berikut:

  1. Yang diadakan bila ada kejadian tertentu misalnya: bencana, bencana alam, hama penyakit, gerhana matahari, huru-hara, perang, dll.
  2. Yang diadakan: sehari-hari, hari tertentu, sasih (bulan) tertentu, dan warsa (tahun) tertentu.
  3. Yang diadakan disuatu tempat: pekarangan, rumah, pura, sanggah, Banjar, Desa, seluruh pulau (Bali), seluruh dunia, danau, laut, hutan, gunung, dll.
  4. Mengikuti upacara pokok Panca Yadnya.

Dalam Lontar Dewa Tattwa dibedakan pula antara Caru dan Tawur.

Yang termasuk Caru:

Eka sata, Panca warna, Panca sata, Panca sanak, Panca Sanak - madurga, Nge Resi Ghana.

Yang termasuk Tawur:

Manca Kelud, Balik Sumpah, Tawur Gentuh, Manca Bali Krama, Eka Bhuwana, Tri Bhuwana, Eka Dasa Rudra.

Mitologi Bhuta kala menurut Lontar Bhumi Kemulan dan Lontar Siwa Gama

Sebelum membahas seluk beluk upacara Pecaruan dan upacara Tawur, terlebih dahulu perlu diketahui asal mula keberadaan Bhutakala, karena upacara Pecaruan dan upacara Tawur bertujuan untuk nyomia (mensucikan) bhuta. Bhuta, artinya sesuatu yang sudah ada; Kala, artinya kekuatan atau energi. Penggunaan istilah sering disatukan sebagai Bhuta kala, ada juga hanya Bhuta, dan ada juga hanya Kala. Namun esensi ketiganya sama.

Keberadaan Bhuta kala awalnya karena Bhatara Siwa ingin mencipta alam semesta. Dalam hal ini Bhatara Siwa mempunyai lima putra, yang disebut Panca Korsika. Mula-mula Ia mengutus keempat putra-Nya yaitu:

Sang Korsika,

Sang Garga,

Sang Maitri dan

Sang Kurusya,

namun mereka gagal menjalankan tugas. Karena gagal, keempat putra Bhatara Siwa itu dikutuk menjadi Bhutakala. Kemudian Bhatara Siwa meminta putra-Nya yang kelima bernama Sang Pretanjala untuk mengambil alih tugas saudara-saudara-Nya itu. Sang Pretanjala mohon agar Ia dibantu oleh Ibu-Nya: Dewi Uma. Permintaan ini dikabulkan oleh Bhatara Siwa. Maka Dewi Uma dan Sang Pretanjala berhasil menciptakan Bhuwana Agung: pertiwi, apah, bayu, teja, akasa, yang disebut Panca Mahabhuta, dan mahluk-mahluk halus. Mahluk-mahluk halus ini ada tiga jenis,

yakni yang baik misalnya:  widyadara-widyadari, gandarwa, dan kinara.

Yang tidak baik misalnya: raksasa, denawa, pisaca, daitya.

Yang ketiga adalah mahluk halus yang derajatnya rendah misalnya: tonya, memedi, bregala-bregali.

Dewi Uma kemudian menjelma menjadi Bhatari Durgha dan memecah diri-Nya menjadi lima yakni:

  1. Sri-Durgha, berkedudukan di timur. Ia menciptakan: Kalika-Kaliki, Yaksa-Yaksi, Bhuta Dengen.
  2. Dhari-Durgha, berkedudukan di selatan. Ia menciptakan: Bhuta Kapragan.
  3. Suksmi-Durgha, berkedudukan di barat. Ia menciptakan: Kamala-Kamali, Kala Sweta.
  4. Raji-Durgha, berkedududkan di utara. Ia menciptakan: Bregala-Bregali, Bebai.
  5. Durgha, berkedudukan di tengah-tengah. Ia menciptakan: Bhuta Janggitan di timur, Bhuta Langkir di selatan, Bhuta Lembu Kania di barat, Bhuta Taruna di utara, Bhuta Tiga Sakti di tengah-tengah, Bhuta Lambukan di tenggara, Bhuta Hulu-Kuda dan Bhuta Jingga di barat daya, Bhuta Ijo di barat laut, dan Bhuta ireng di timur laut.

Melihat Dewi Uma menjadi Bhatari Durgha, maka Sang Pretanjala ikut berubah menjadi Mahakala. Ia berkedudukan di tengah-tengah bersama Ibu-Nya dan ciptaan awal mereka: Panca Mahabhuta. Ia mengajak keempat saudara-Nya yang sudah di kutuk menjadi Bhutakala dan memberikan kedudukan kepada mereka masing-masing sebagai berikut:

Korsika di timur, bersambung.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar